Sebenarnya saya tidak tahu harus memulai dari mana. Saya hanya ingin bercerita tentang kamu, tentang sepotong pelajaran
hidup yang pernah saya tempuh saat bersama kamu.
Saat kamu yakin, jangan pernah takut kehilangan saya karena saya
tidak akan pergi meski bukansaya yang akhirnya menjadi pilihan kamu.
Saya akan mengantar kamu dengan senyuman. Diam-diam berdoa agar kamu
bahagia menjalani apa yang sudah kamu pilih.
Setelah kamu mulai menjalani tahap demi tahap yang tidak mudah, saya
hanya ingin satu hal, satu hal yang paling penting. Tolong jangan
pernah mengeluh tentang apa yang sudah kamu pilih. Hal itu hanya akan
membuat saya semakin merasa bersalah.Merasa bersalah karena sudah
membiarkan kamu menjalani tahapan yang membuat kamu
merasa tidak nyaman. Saya juga akan menyesal mengapa saya dulu tidak
berusaha lebih kuat untuk mencegah kamu membuat pilihan yang (menurut
saya) kurang baik untuk kamu jalani. Tapi percayalah, saya akan ikut
bahagia jika kamu menjalani sesuatu yang memang kamu nikmati.
Berjanjilah untuk tetap konsisten atas komitmen yang telah kamu
pilih. Jangan pernah menyesal telah mengambil pilihan ini dan
berjanjilah untuk tetap ada bersama saya meski semua mungkin terasa
sulit untuk
dijalani. Saya akan tetap berharap dan menunggu. Maaf telah meminta kamu untuk banyak berjanji.
Sayang, maafkan saya jika (mungkin) suatu saat nanti saya bersifat seperti anak kecil, selalu merengek dan seringkali membuat
kamu kesal. Maafkan karena saya telah menyita waktu kamu yang
berharga hanya untuk menceritakan lelucon kehidupan yang hari ini saya
alami. Saya harap kamu dapat memaafkan semua itu karena hal itu saya
lakukan semata mata hanya untuk meyakinkan diri saya bahwa saya ternyata
masih memiliki kamu sebagai tempat berbagi. Meski kamu memang bukan
yang dulu lagi.
Sayang, seandainya saya memang harus benar-benar melepas kamu dan
lama kelamaan kehilangan kamu, saya hanya ingin minta satu hal: tolong
perlambat prosesnya hingga saya siap. Izinkan saya untuk benar-benar
percaya bahwa kamu memang tidak lagi bersama saya dan bukan lagi “milik”
saya. Jangan kejutkan saya dengan proses tiba-tiba seperti ini. Jujur,
terselip rasa takut di dalam diri saya sejak kamu memutuskan pilihan
yang kamu kehendaki. Rasa takut itu hampir terwujud sekarang.
Dan akhirnya, di sini saya hanya bisa tersenyum dan diam-diam
mengamati perkembangan kamu. Terselip doa, semoga kamu menjadi orang
yang lebih baik. Sungguh saya tidak merasa dikorbankan atau
disingkirkan, karena saya sudah bilang di awal, “saya akan bahagia jika
kamu bahagia”. Mungkin kamu tidak tahu, saya sudah siap diabaikan sejak
kamu mengambil keputusan yang kamu jalani kini.
Terakhir, berjanjilah untuk bahagia dan menjadi orang yang hebat.
Dari jarak berkilo-kilometer ini saya kirimkan doa terbaik untuk
kamu yang di sana, kamu yang pernah mengisi hari-hari terbaik dalam hidup saya.
Selasa, 20 Mei 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar